Pasukan mati
mata hati telah binasa terkikis dengki dalam jiwa
terbuai fatamorgana surgana... rasuki hamba pecandu pahala
pasukan mati rasa
moralitas tanda tanya
kebodohan yang bertahta
gelap mata... definisikan dosa... arogansi berbalut doa menyerapah
wajah malaikat biru lebam terkapar mengemis sekeping surga
yang melayang terjarah serdadu tuhan sang bayi kecil yang malang
penuh ambisi ciptakan neraka dunia
terimalah (persembahan) darah dan duka
untukmu yang maha lemah
tersudut dan teraniaya
oleh kepercayaan yang buta
keimanan yang cacat
nilai kesucian yang laknat
penuh ambisi ciptakan neraka dunia
pasukan mati rasa
moralitas tanda tanya
kebodohan yang bertahta
terbuai fatamorgana surgana... rasuki hamba pecandu pahala
pasukan mati rasa
moralitas tanda tanya
kebodohan yang bertahta
gelap mata... definisikan dosa... arogansi berbalut doa menyerapah
wajah malaikat biru lebam terkapar mengemis sekeping surga
yang melayang terjarah serdadu tuhan sang bayi kecil yang malang
penuh ambisi ciptakan neraka dunia
terimalah (persembahan) darah dan duka
untukmu yang maha lemah
tersudut dan teraniaya
oleh kepercayaan yang buta
keimanan yang cacat
nilai kesucian yang laknat
penuh ambisi ciptakan neraka dunia
pasukan mati rasa
moralitas tanda tanya
kebodohan yang bertahta
Manufaktur Replika Baptis
ciptakan budak kekhawatiransirkulasi kecemasan berputar
diam lemah tak berdaya
tersumpal dogma penuh kepalsuan
refleksi keimanan yang semakin instan
syair ayat sumbang di kumandangkan
untuk memuja apa yang biasa disana
khotbah di atas mimbar bersana lucifer
parade laskar binatang
manufaktur replika baptis
paksakan sebuah harga mati
tangga menuju surga
sogokkan yang kita terima
jiwa yang terikat rantai pertanyaan
melangkah patah dan tertinggal
terpenjara tanpa terali
wajah baru perbudakan
memelihara kemunafikan
kepalsuan menikam... api neraka yang samar
bernafaskan kecemasan... nilai sakral semakin terbelakang
ciptakan harmonisasi paduan suara duka... nada suram yang pergema
kebesaran semu yang terpancar dari mata hitam yang tak bersinarciptakan budak kekhwatiran
sirkulasi kecemasam berputar
diam lemah tak berdaya
tersumpal dogma pernuh kepalsuan
sirkulasi kecemasan
mata rantai pertanyaan
Dominasi Belati
langit cakrawala lambat laum menghitam, iringi harapan yang sirna
terkutuk berpijak pada tanah berpihak
terbelenggu aturan dan sistem yang menindas, melumpuhkan kehendak
terpuruk (dalam) budaya tata karma dan sopan santun membusuk
parodi satir.. mengemis mimpi.. damai temporer hanya ilusi
bunuh dan tikam
mengasah kultur belati
pawai rayakan nyeri
nurani terampas paksa.. terpekosa pasrah sekarat
fajar keagungan mata pisau
hening terkoyak dendam memerah pekat
menyambut hangat ajal (yang) berbisik memanggil pasti
panorama alam baka terbuka
kematian berkilau menyilaukan
supremasi tirani yang berkuasa
menyodomi hukum (yang terjangkit) impotensi
abstrak.. bias..
bunuh / dan tikam
mengasah kultur belati
pawai rayakan nyeri
insting membunuh untuk semua umur
iblis untuk hari ini, monster masa depan suram
sebar (sampah) kebodohan
otak miskin logika ibadah bias satu arah
bakar semua doktrin membusuk (ajaran) tanda tanya
mewariskan kesesatan.. menghantui (dengan) kecemasan
gadaikan diri demi surga utopia
ku pandang rendah tuhan lemak yang kau bela
otakmu terpaku dogma usang yang membellenggu..
siklus kehampaan
doa untuk ketiadaan
menodai altar replika
lumur darah pekat semsamamu
jilati penuh safu ayat dalam kita alpa tuhan
rumah tuhan terbakar bara api kebencian
sabar benih dendam sejak dini pada janin
jemaat buta arah reproduksi kedengkian
yang tersalurkan lewat perbaikan moral memuaskan
pembelaan bodoh sia sia
terkutuk berpijak pada tanah berpihak
terbelenggu aturan dan sistem yang menindas, melumpuhkan kehendak
terpuruk (dalam) budaya tata karma dan sopan santun membusuk
parodi satir.. mengemis mimpi.. damai temporer hanya ilusi
bunuh dan tikam
mengasah kultur belati
pawai rayakan nyeri
nurani terampas paksa.. terpekosa pasrah sekarat
fajar keagungan mata pisau
hening terkoyak dendam memerah pekat
menyambut hangat ajal (yang) berbisik memanggil pasti
panorama alam baka terbuka
kematian berkilau menyilaukan
supremasi tirani yang berkuasa
menyodomi hukum (yang terjangkit) impotensi
abstrak.. bias..
bunuh / dan tikam
mengasah kultur belati
pawai rayakan nyeri
insting membunuh untuk semua umur
iblis untuk hari ini, monster masa depan suram
Hiperbola Dogma Monoteis
tradisi usang mengapa tetap (kau pertahankan?)sebar (sampah) kebodohan
otak miskin logika ibadah bias satu arah
bakar semua doktrin membusuk (ajaran) tanda tanya
mewariskan kesesatan.. menghantui (dengan) kecemasan
gadaikan diri demi surga utopia
ku pandang rendah tuhan lemak yang kau bela
otakmu terpaku dogma usang yang membellenggu..
siklus kehampaan
doa untuk ketiadaan
menodai altar replika
lumur darah pekat semsamamu
jilati penuh safu ayat dalam kita alpa tuhan
rumah tuhan terbakar bara api kebencian
sabar benih dendam sejak dini pada janin
jemaat buta arah reproduksi kedengkian
yang tersalurkan lewat perbaikan moral memuaskan
pembelaan bodoh sia sia
Dimensi Keterasingan
keputus asaan yang bernyawa
kami kloni yang memilih peran sebagai sampah
dalam drama kehidupan (yang) mengecewaka
(membuka) pintu dimensi keterasingan
dalam perspektif kecemasan
rotasi sangsara berputar
detik ini terasa kelam... menyedihkan
jasad bernafas (yang) terbuang (dan) terlupakan
tengik aroma amis sperma
lusuh penuh ludah dan noda
kuputuskan menyerah
pada dunia yang kupuja
(dunia) fana merangkul indah
pejamuan tanpa akhir
tertuang dalam cawang tak bertuan
terapi mengobati luka
dunia (terus) berputar (dan) kami tertinggal
berserikat dalam malam pekat
mentranfusi luka di antara tawa
memecah kesunyian yang mencekik alam bawah sadar
selamat tinggal dunia
luka menganga
kami bernafaskan kebenciam
kami kloni yang memilih peran sebagai sampah
dalam drama kehidupan (yang) mengecewaka
(membuka) pintu dimensi keterasingan
dalam perspektif kecemasan
rotasi sangsara berputar
detik ini terasa kelam... menyedihkan
jasad bernafas (yang) terbuang (dan) terlupakan
tengik aroma amis sperma
lusuh penuh ludah dan noda
kuputuskan menyerah
pada dunia yang kupuja
(dunia) fana merangkul indah
pejamuan tanpa akhir
tertuang dalam cawang tak bertuan
terapi mengobati luka
dunia (terus) berputar (dan) kami tertinggal
berserikat dalam malam pekat
mentranfusi luka di antara tawa
memecah kesunyian yang mencekik alam bawah sadar
selamat tinggal dunia
luka menganga
kami bernafaskan kebenciam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar