Jumat, 19 Agustus 2011

(akhirnya) Album Kompilasi Jogja Istimewa Resmi Diluncurkan


Setelah sempat tertunda akhirnya album penanda generasi subkultur musik Yogyakarta dilepas ke publik



Jumat siang (19/11) beberapa penggiat scene musik Yogyakarta berkumpul di Kedai Kebun Forum (KKF) untuk meluncurkan album Jogja Istimewa. Album ini sendiri seperti tertulis dalam rilis pers yang diterima Rolling Stone ditujukan sebagai penanda jaman dan sebagai sebuah usaha pendokumentasian atas pencapaian-pencapaian yang dihasilkan oleh dunia musik subkultur Yogyakarta.
Kesepuluh musisi yang terlibat dalam album ini berasal dari beragam genre dan generasi. Mereka adalah Jogja Hip Hop Foundation, Serigala Malam, Armada Racun, Individual Life, Frau, Risky Summerbee and The Honeythief, Zoo feat Wukir, Cranial Incisored, DOM 65 dan Dubyouth.
Awalnya album ini akan diluncurkan pada 27 Oktober lalu namun karena kendala teknis dan erupsi Gunung Merapi maka rencana itupun tertunda sampai bulan november. Sebagai respon atas bencana itu sendiri album ini dipersembahkan, “Untuk mengenang semangat, ketulusan dan kesederhanaan juru kunci merapi Mbah Maridjan” pada sampul albumnya.
Lewat sebuah konferensi pers yang sederhana namun hangat Marzuki “Kill The DJ” Mohammad selaku produser, Wok The Rock dan Ajie Wartono selaku kurator menjelaskan konsep dan alasan tertundanya peluncuran album ini. “Kami merasa bahwa album adalah dokumentasi terbaik, karena ia berbentuk cakram padat dan akan terus ada. Sementara bila kita mengadakan sebuah konser atau event yang sifatnya besar paling lama pengaruhnya hanya bertahan enam bulan, setelah itu ya sudah pengaruhnya tak begitu terasa,” papar salah seorang personel Jogja Hip-Hop Foundation ini.
Sementara itu Wok The Rock salah satu kurator program ini menjelaskan tujuan album ini secara umum. “Kami ingin membawa band-band dalam kompilasi ini ke permukaan, karena selama ini apresiasi terhadap mereka terbatas, dengan album ini paling tidak band yang ada dalam kompilasi ini bisa diapresiasi secara lebih luas,” papar kurator yang juga pemilik netlabel Yes No Wave ini.
Marzuki kemudian menjelaskan rencana setelah album ini diluncurkan. “Kami lihat dulu efeknya selama sebulan, kalau memang positif dari penjualannya kami merencanakan akan ada showcase reguler dari band-band yang ada disini, showcase yang intens akan memberi pengaruh yang besar ketimbang mengadakan sesuatu yang gede-gedean tapi sifatnya tidak intens,” jelasnya.
Ia juga menekankan bahwa Jogja Istimewa bukanlah sebuah album yang sifatnya annual yang diadakan setiap beberapa tahun sekali. Menurutnya Jogja Istimewa lebih berkonsentrasi kepada pencatatan segala yang terjadi dalam scene musik subkultur Yogyakarta ketimbang harus dituntut diadakan sebagai sebuah album yang sifatnya tahunan.
Peluncuran album ini membuktikan scene musik Yogyakarta perlu mendapat perhatian lebih. Album ini juga menjadi penanda penting kalau kiblat musik negeri ini tak lagi berasal dari Jakarta atau Bandung semata. Sebagai pembuktian album ini bisa dideskripsikan dengan mengutip lirik lagu Jogja Hip Hop Foundation dalam album ini, “Jogja Istimewa untuk Indonesia”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar