Jumat, 19 Agustus 2011
Efek Rumah Kaca Ganti Punk Rock dengan Folk di Album Ketiga
Efek Rumah Kaca (Foto: Facebook Group)
Seperti diberitakan sebelumnya, Efek Rumah Kaca masih merampungkan album ketiga mereka untuk menindaklanjuti Kamar Gelap yang dirilis 2008 silam. Lamanya jarak dari album kedua dan ketiga kali ini diakui oleh vokalis/gitaris Cholil salah satunya dipengaruhi oleh turun-naiknya kondisi kesehatan pemain bass Adrian Yunan Faisal karena penyakit mata retinitis pigmentosa yang ia derita.
Selain itu, Efek Rumah Kaca juga sedang mengejar aransemen yang berbeda dari dua album sebelumnya. “Dan itu berarti membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dua album terdahulu,” ungkap Cholil kepada Rolling Stone melalui email baru-baru ini.
Cholil telah mengungkapkan dalam album mendatang akan terdapat lagu-lagu yang “keluar dari standar aransemen ERK.” Oleh karenanya album tersebut akan menjadi lebih kompleks dengan enam lagu berdurasi panjang—delapan hingga sebelas menit—yang sesungguhnya merupakan gabungan dari dua sampai tiga lagu.
“Lagu yang ‘ngepop’ atau ringan sepertinya masih ada. Karena pada dasarnya ERK memang ingin musiknya ringan ketika didengarkan,” janji Cholil.
Band indie asal Jakarta yang terbentuk pada tahun 2001 itu memang dikenal sebagai band yang kerap memadukan banyak langgam musik ke dalam lagu-lagunya. Mulai dari pop, post-rock, shoegaze, hingga punk rock yang bisa terdengar jelas pada lagu “Mosi Tidak Percaya.”
Menurut Cholil, tempo di album ketiga mendatang akan sedikit lebih lambat dibandingkan album kedua. “Unsur punk rock akan digantikan oleh folk, selebihnya sama dengan album sebelumnya,” jelasnya.
Proses rekaman yang telah dimulai sejak awal 2010 hingga saat ini telah merampungkan bagian drum, bass, piano dan sebagian gitar. Sejauh ini musisi tamu yang ikut membantu adalah Muhammad Asranur, kibordis Fever To Tell yang juga seorang fotografer panggung. “Ya betul, fotografer yang kondang itu mengisi piano di salah satu lagu,” canda Cholil.
Band berpersonelkan Cholil Mahmud (vokalis/gitaris), Adrian Yunan Faisal (bassis) dan Akbar Bagus Sudibyo (pemain drum) itu sudah tidak lagi bernaung di bawah bawah Aksara Records yang resmi bubar pada akhir 2009 silam dan mendirikan label rekaman sendiri bernama Jangan Marah Records. “Sekarang pakai duit sendiri semua, kalau album sebelumnya kan pakai duit label baik Paviliun ataupun Aksara records,” kata Cholil lagi.
Namun, mereka tidak merasakan itu sebagai sebuah kesulitan berarti. “Untuk masalah produksi dan promosi kami memang sudah sering terlibat juga baik di album pertama maupun kedua, sehingga sekarang sudah tahu nantinya kami harus melakukan apa,” pungkasnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar