Jumat, 19 Agustus 2011

Review Konser Morbid Angel di Singapura


D Marquee, Downtown East, Singapura, 25 Mei 2011
Legenda death metal sukses guncang Singapura




Pertama kali mendengar bahwa Event Organizer Singapura yakni Cynical Sounds akan mendatangkan Morbid Angel, yang terlintas di benak adalah bagaimana belasan tahun lalu metalhead Indonesia mendengar berbagai mitos tentang Morbid Angel, salah satu originator death metal asal Tampa, Florida, itu. Mitos tersebut membuat ekspektasi menjadi menggebu di tanah Singapura. Salah satu yang cukup terkenal adalah mitos para personil Morbid Angel yang konon gemar bercengkerama di kuburan dan melakukan vandalisme terhadap makam orang. Ini membuat sosok bassist/vokal David Vincent dan lead guitarist Trey Azagthoth menjadi seolah monster mengerikan yang tak bersahabat.

Namun semenjak lagu pertama “Immortal Rites” digelegarkan saat konser, bayangan yang melekat belasan tahun tersebut seketika hancur akibat citra Morbid Angel 2011 yang cukup bertolak belakang. David Vincent dengan rambut hitam, busana yang sedikit terlihat terpengaruh industrial rock membuat saya berasumsi bahwa pengalamannya bermain band untuk band istrinya, Genitortures, masih menyisakan bekas. Kini David Vincent sekilas seperti Nikki Sixx versi death metal. Ia selalu komunikatif dengan penggemar mereka, sesekali tersenyum, dan kembali menggasak bas dengan keras. Hei, ia ternyata pria yang normal.

Malam itu Morbid Angel membawakan lagu-lagu dari berbagai album seperti “Maze of Torment” dari album debut mereka, Altar of Madness (1989), atau juga “ExistoVulgore” dari album yang baru mereka rilis, Illud Divinum Insanus (2011), dan segera bisa terasa bahwa suara vokal David Vincent total prima dengan growl berat namun masih sangat jelas terdengar artikulasi yang diucapkan. Sementara yang senantiasa headbang di sisi kirinya adalah Trey Azagthoth, dewa gitar (atau setan gitar?) yang membuktikan kepada crowd bahwa tidak percuma dirinya dianggap salah satu gitaris death metal terbaik yang dimiliki umat manusia. Solo-solo brutal yang diperdengarkannya bukan hanya menimbulkan kekaguman akan hal teknis, namun juga sukses menghembuskan hawa dingin, sinis dan evil. Ambiens yang tepat untuk tema lirik Morbid Angel yang memang menawarkan sisi mistik, antitesis dari religi, serta mitos sumeria kuno. Personel baru, Destructhor (gitar), tampil kalem sepanjang set. Yang menarik perhatian secara signifikan adalah cara Tim Yeung (drum) dalam bermain. Mantan drummer band metal Divine Heresy ini menjadi pemandangan yang mantap setelah berhasil bermain rapat dan keras, dengan pola death metal yang penuh akan hyperblast drumming, double kick drum yang merentet cepat seperti senapan mesin, namun mampu menjaga showmanship dengan berbagai gimmick keterampilan memutar stik drum, sehingga membuatnya terlihat seperti Tommy Lee dari Motley Crue yang nyasar bergabung ke dalam sebuah band brutal death metal.

Sebanyak 13 buah lagu Morbid Angel panjatkan ke para metalhead Singapura (yang juga cukup banyak dihadiri penonton Indonesia), di antaranya� adalah “Angel of Disease”, “Blasphemy” dan ditutup dengan “Chapel of Ghouls” sebelum silam ke belakang panggung, untuk kemudian muncul kembali demi encore. Dan terus terang crowd cukup kaget karena ternyata hanya satu buah lagu, yakni “God of Emptiness” yang menjadi encore. Setelah dikonfirmasi, ternyata venue yang terletak di lingkungan mal daerah Downtown East itu cukup berdekatan dengan pemukiman, hingga pada akhirnya event konser ini menerima komplain dari warga sekitar, mengakibatkan encore yang seharusnya terdiri dari enam lagu diperpendek menjadi satu lagu saja. Senyum sedikit terjadi karena terus terang kejadian macam ini sedikit mengingatkan pada konser-konser underground ibukota yang kadang bermasalah dengan izin aparat. Namun bukan berarti mereka tampil mengecewakan, karena para biang-biang death metal ini memang adalah yang terbaik di bidangnya hingga sajian Morbid Angel memang sudah lezat sejak awalnya. (Sumber ; Rolling Stones Indonesia)
[GK]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar